Sebut saja namanya Ardinia
Baginya cinta adalah sekumpulan puzzle yang belum terselesaikan, selalu saja ada bagian dari rangkaian yang tak lengkap. Buatnya cinta datang dan pergi seperti hari yang berganti, tak kunjung usai dinanti, dan terkadang usahanya terasa sia-sia, dan seringkali harapannya tak sebanding dengan kenyataannya, hingga di usianya yang telah menginjak 33 tahun, Ardinia masih sendiri.
Lambat laun ia pun merasa kesendiriannya seperti sebuah masalah, terutama saat rasa sepi menghampiri hatinya, atau ketika ia ingin membagi waktunya bersama orang yang dicintai, namun sosok itu tidak ada-masih berupa angan bagi Ardinia. Di ujung malam yang hening Ardinia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang, ranjang miliknya yang terletak di tengah kamar ukuran sepetak. Matanya yang terlihat lelah menatap langit-langit yang dihiasi lampu padam, ditemani sebuah lampu tidur menyala di sudut meja, ia berusaha memejamkan mata..namun pikirannya masih melayang jauh, seperti hendak melarikan diri dari sesuatu rasa sepi. sembari mencari rasa kantuk agar cepat tertidur ia pun teringat momen – momen yang telah berlalu dalam fase hidupnya. Ardinia memikirkan perjalanan cintanya.
Dulu, Ardinia tidak semuram ini
Di usianya yang ke-21 bisa dikatakan Ardinia cukup populer. Ia mempunyai banyak kawan dan beberapa ‘fans’ dari kampus tetangga yang ia tak terlalu pedulikan. Saat itu Ardinia masih cukup muda untuk mengenal cinta, hingga suatu hari ia bertemu seorang pria sebayanya. Namanya Randu. Randu adalah tipe anak laki-laki manja, dan pertemuannya dengan Ardinia pada suatu acara ulang tahun yang berlanjut dengan saling bertukar nomor ponsel. Seiring waktu mereka sering bertemu, berkencan, lalu berpacaran.
Chapter I si cantik yang tak berbahaya
Bagi Ardinia, Randu adalah sosok laki-laki yang setia dan baik hati. Ia selalu hadir untuk Ardinia tanpa perlu ditanya & selalu menghabiskan waktu bersama Ardinia, atau sekedar mengantar jemput Ardinia. Tak lama setelah beberapa bulan, Randu mulai bersikap agresif terhadap Ardinja. kemanapun Ardinia pergi, ia selalu berusaha untuk mencari tahu.
Keseharian Ardinia selalu dipantau olehnya. Ia juga memaksa Ardinia untuk menukar sim-card telepon yang ia miliki dengan nomor yang baru, lalu mengaktifkan nomor Ardinia untuk melacak orang-orang yang sering menghubungi.
Perilaku Randu membuat Ardinia merasa tidak nyaman. Ia begitu protektif dan apabila Ardinia melawan, ia tak segan berperilaku kasar, apalagi jika ia merasa cemburu ataupun curiga. Ardinia pun tak lagi memiliki teman. Randu menghalangi Ardinia untuk bergaul dengan siapapun dengan berbagai cara.
Ardinia menjadi terkekang, lingkup hidupnya tak lagi menyenangkan, apalagi setelah mengucapkan beberapa kali kata putus Randu pun semakin mudah naik pitam, perilakunya semakin menjadi-jadi.
Kekerasan fisik dan verbal dialami oleh Ardinia. Mereka sering bertengkar lalu diakhiri dengan kekerasan fisik. Randu tak segan memukul, menampar, menendang serta mengeluarkan kata-kata kasar, sumpah serapah serta hinaan setiap mendengar kata perpisahan dari Ardinia. Ardinia tak mampu lagi bertahan dari hubungan yang beracun.
Hari-harinya diwarnai pengekangan dan kekerasan. berkali-kali pula Ardinia mencoba untuk melepaskan diri dari laki-laki itu, namun Randu tetap saja mengejarnya, bahkan beberapa kali Ardinia melawan hingga terjadi baku hantam. Randu akan mencari gadis itu di kampusnya, rumah kost tempat tinggalnya, bahkan ia juga sempat mendatangi ke kantor tempat Ardinia magang hanya untuk membuat keributan.
Dengan cepat rasa sayang berubah menjadi antipati. Ardinia berupaya untuk bersikap tegas untuk mengakhiri hubungannya dengan Randu, namun Obsesi laki-laki itu terhadapnya justru semakin mengerikan. Randu tak segan untuk meminta maaf, mengumbar air mata sambil bersujud setiap kali bertengkar. Berulang kali ia melakukannya untuk mendapatkan Ardinia. Randu Pernah mendatangi tempat ardinia tinggal dan berteriak-teriak, merusak pintu serta jendela hanya untuk memaksa Ardinia membuka pintu kamar. Sungguh hal tersebut mengganggu Ardinia secara psikologis, Ardinia semakin murung dan depresi.
Setahun berlalu
Ardinia masih di hantui oleh Randu yang dapat mengejarnya kapan saja. Bahkan Ardinia 3 kali berpindah tempat tinggal. Bagi Randu, Ardinia menjadi candu- sebuah objek dari obsesinya. Semakin Ardinia menjauh, Randu semakin meradang. Ardinia bahkan dicari olehnya lewat account facebook, dimana Randu mencari teman-teman Ardinia hanya untuk mendapatkan informasi. Randu tak habis akal, hingga akhirnya Randu menggunakan ilmu guna-guna untuk dapat menguasai Ardinia.Ardinia tak menyangka, pertemuannya dengan laki-laki di usia mudanya itu akan menyakitkan. Ardinia di guna-guna.
Saat itu Ardinia yang bekerja dan kuliah perlahan mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Bermula dari aktivitasnya sehari-hari yang tak dapat ia jalankan dengan baik seperti biasa. Ardinia mulai bersikap aneh dan teringat sosok Randu setiap detiknya. Ia juga mulai mengalami kesulitan untuk tidur ataupun beristirahat. Pikirannya mendadak uring-uringan, sulit fokus, serta bersikap tak ramah dengan orang-orang sekitarnya.
Di lain cerita, Randu selama ini dibantu oleh ibu sendiri. Ibunya sangat tahu bahwa anaknya ingin sekali mendapatkan cinta dari Ardinia, dan tanpa sepengetahuan Ardinia ia menyimpan beberapa helai rambut Ardinia yang pernah jatuh saat bertamu di rumahnya. Lalu disetiap kesempatan,ia mampir ke tempat Ardinia sambil membawakan sebuah lunch-box. Dengan segala upaya ia merayu Ardinia agar membawa bekal tersebut ketika bekerja. Dalam makanan tersebut rupanya telah diberikan ‘jampi-jampi’ oleh Ibu Randu.
Selang waktu berlalu, Ardinia mulai sering mendengar suara-suara aneh di dalam kepalanya. Ia pun kadang melihat sesosok wanita yang tak kasat mata. Wanita berambut panjang itu seakan mengikuti Ardinia kemanapun pergi, bahkan ketika ia seorang sendiri di dalam kamarnya, Ardinia merasa wanita itu berdiri tak jauh darinya..Ardinia dihantui oleh rasa takut dan paranoid yang luar biasa.
Perlahan Ardinia mulai kehilangan akal sehatnya. Ardinia selalu merasa gelisah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Inikah yang dinamakan sayang? Ardinia seringkali tak mampu berpikir secara rasional, dan saat itulah Randu datang seolah untuk menyelamatkan Ardinia. Kali ini Ardinia tak mampu menolak-seakan Randu datang untuk melindunginya.
Rasa benci yang dimiliki Ardinia telah berubah wujud menjadi rasa rindu!
Ya, Ardinia tak kuasa menghentikan pikirannya dari sosok Randu. Randu menang. Ardinia kembali padanya, Ardinia pun mulai mematuhi apa kata Randu, persis seperti kerbau yang di cucuk hidungnya.Randu merasa puas karena kali ini Ardinia tak dapat lari darinya, namun ia tidak tahu bahwa apa yang telah ia lakukan suatu saat akan menjadi bumerang buatnya sendiri.
Ya, Ardinia tak kuasa menghentikan pikirannya dari sosok Randu. Randu menang. Ardinia kembali padanya, Ardinia pun mulai mematuhi apa kata Randu, persis seperti kerbau yang di cucuk hidungnya.Randu merasa puas karena kali ini Ardinia tak dapat lari darinya, namun ia tidak tahu bahwa apa yang telah ia lakukan suatu saat akan menjadi bumerang buatnya sendiri.
Ya, Ardinia tak kuasa menghentikan pikirannya dari sosok Randu. Randu menang. Ardinia kembali padanya, Ardinia pun mulai mematuhi apa kata Randu, persis seperti kerbau yang di cucuk hidungnya.Randu merasa puas karena kali ini Ardinia tak dapat lari darinya, namun ia tidak tahu bahwa apa yang telah ia lakukan suatu saat akan menjadi bumerang buatnya sendiri.
Ardinia memang menjadi penurut sekarang, namun seakan kehilangan jiwanya. Ardinia tak lagi menjadi dirinya sendiri lagi, seperti ada sosok lain yang merasuki Ardiana.Hari demi hari berlalu, hingga suatu saat saat Ardinia mendengar sayup suara Adzan berkumandang tak jauh dari tempat tinggalnya, sontak jiwa Ardinia mulai bergejolak, kepalanya pusing dan semakin hari terlintas dalam pikirannya untuk melawan semua kegilaan itu. Ia memberontak, dan saat itulah Sari, kawan dari masa kecil Ardinia datang dan membantunya. Ia memberikan saran agar Ardinia dapat datang ke suatu tempat untuk ‘berobat’ agar suara-suara dikepala Ardinia hilang.
Ardinia pun mendatangi alamat yang diberikan oleh teman kecilnya tersebut. Ardimia datang bersama Randu. Dan ya, pastinya pastinya akan mengikuti Ardinia kemana saja. Randu mengantar Ardinia kesama. Namun di hari itu ada yang berbeda, ia terlihat cemas. Sesampainya mereka di alamat tersebut, seorang pria paruh baya menyambut mereka ruang tamu miliknya. Ardinia pun dengan polosnya menceritakan apa yang telah terjadi kepadanya akhir-akhir ini. Ia merasa hidupnya sungguh berantakan, Ardinia merasa tak mampu bekerja dan kuliah, merasa tak tenang menjalani kehidupannya sehari-hari sejak ia kerap merasa diikuti oleh sesuatu,serta suara-suara yang terdengar di telinganya selama 24 jam penuh bahkan saat ia tertidur!
Lalu pria paruh baya itu memberikan sebuah botol air mineral kepada Ardinia untuk diminum sembari melontarkan kata ” Ada yang berusaha untuk melakukan hal yang tidak baik terhadap kamu, nak. Ada seseorang yang penuh dendam ingin menguasai dirimu. Orang itu amatlah dekat denganmu, tetapi saat ini kamu tidak akan bisa melihat dengan jernih siapa karena keburukannya ditutupi dari mata hati mu, mata batin juga penglihatanmu”
Betul, Ardinia tak dapat menebak siapa orangnya. Matanya telah dibutakan oleh orang yang duduk tak jauh disebelahnya. Di sisi lain Randu mencoba untuk meredam emosi dan kekesalanya terhadap pria paruh baya itu. Ia sadar bahwa kata-kata itu tertuju untuknya. Wajah Randu terlihat gugup, duduknya semakin tak tenang saat pria paruh baya itu menoleh ke arahnya. Yang Randu inginkan saat itu adalah bergegas pulang, membawa Ardinia keluar dari rumah itu secepatnya.
Setelah 1 jam, Ardinia pun pamit pulang. dalam sepanjang perjalanan Randu hanya terdiam, pikirannya campur aduk, sangat khawatir jika kedoknya terbongkar. Hari-hari berlalu, perlahan Ardinia banyak mengalami perubahan. Saat itu ia belum menyadari bawah alam bawah sadarnya telah mengalami trauma psikis. Hari berlalu dan Ardinia mulai kehilangan rasa simpatinya terhadap Randu, dan rasa benci terhadapnya kian mulai muncul. Ardinia pun semakin menyadari bahwa Randu lah penyebab dari semua kekacauan hidup yang ia alami.
Chapter II : Ardinia memberontak
: Ardinia memberontak
Suatu hari Ardinia membulatkan tekadnya untuk mengakhiri hubungannya dengan Randu untuk selamanya. Ia berpikir keras agar dapat lepas dari genggaman laki-laki psikopat dan temperamental tersebut, lalu sebuah nama terlintas dalam benak Ardiana dan ia pun mencari sebuah catatan kaki yang tersimpan di antara sudut kamarnya. Catatan itu berisi nama dan nomor telpon teman-temannya yang pernah ia lupakan. Ardinia pun menemukan nomor telpon Dani.
Dani dikenal memiliki indera ke-enam. Ia sering kali membantu kawan-kawannya yng memerlukan. Ardinia pun berhasil menghubungi Dani dan menceritakan apa yang selama ini terjadi padanya. Ia menumpahkan kesedihannya kepada Dani. Dani pun merespon dengan bijak dan memeberi beberapa nasihat dan masukan kepadanya. Ia disarankan agar tidak terlihat kelihatan ingin meninggalkan Randu, ia harus melakukannya dengan pelan-pelan. Ardinia harus berada dibawah radar, harus tetap terlihat tenang. Setelah selesai berbicara dengan Dani,
Ardinia memanjatkan doa- doa yang selama ini ia panjatkan kepada sang Maha Pencipta, agar ia diberikan kekuatan untuk melepaskan diri dari batu kerikil nan tajam yang saat ini menjegalnya berkali kali.
Ardinia melanjutkan hidupnya
Ia meninggalkan semua yang terjadi tanpa harus menengok ke belakang lagi. Selang waktu berlalu. Ketika itu Ardinia mendapat kabar dari ibunda bahwa keluarganya yang berada di propinsi lain selama ini akan pindah kota yang tak jauh tempatnya tinggal. Adik Ardinia berencana untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah jawa barat. Oleh karena itu ibu Ardinia memutuskan untuk ikut pindah. Hal ini merupakan kabar yang paling melegakan bagi Ardinia! Doa Ardinia terkabul! Hal ini merupakan ujung dari jalan gelap yang selama ini ia susuri. Akhirnya ia punya tenpat berlindung kembali.
Ia meninggalkan semua apa yang terjadi tanpa harus menengok ke belakang lagi. Selang waktu berlalu. Suatu ketika Ardinia mendapat kabar dari ibunda bahwa keluarganya yang berada di propinsi lain selama ini akan pindah kota yang tak jauh tempatnya tinggal. Adik Ardinia berencana untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah jawa barat. Oleh karena itu ibu Ardinia memutuskan untuk ikut pindah. Hal ini merupakan kabar yang paling melegakan bagi Ardinia! Doa Ardinia terkabul!Hal ini merupakan ujung dari jalan gelap yang selama ini ia susuri. Akhirnya ia punya tenpat berlindung kembali.
Tak lama keluarganya pun pindah ke kota tersebut. Dan Ardinia bergabung kembali dan hidup bersama anggota keluarganya.
Momen itu menjadi salah satu proses menuju titik akhir perjuangan Ardinia dalam melepaskan diri dari Randu. Sejak Ardinia pindah dan hidup bersama Ibu dan Adiknya, Randu seakan ciut nyali untuk menemuinya, terlebih lagi ketika sang ibu mengetahui bahwa anaknya selama ini tengah dirundung oleh masalah, dan sempat ibunda Ardinia menegur secara keras agar Randu tak lagi mencari anaknya, dan hasil dari dukungan ibu, keluarga dan kawan-kawan yang menyayangi Ardinia pada akhirnya Randu seakan lenyap perlahan dari muka bumi.
Di sisi lain, Randu hilang arah, hal yang selama ini ia lakukan terhadap Ardinia mulai berbalik kepadanya sendiri. Segala penderitaan mental, siksaan batin yang dialami oleh Ardinia kini dirasakan olehnya. Suara-suara aneh dikepala, rasa kehilangan fokus dan akal sehat terjadi kepada Randu. Ia bahkan terlihat seperti orang pesakitan, hingga para tetangganya mengira kalau ia mulai gila.Kadang Randu tertawa,menangis,mengamuk tanpa sebab.
Randu kehilangan hari-harinya selama bertahun-tahun, persis seperti yang pernah dialami Ardinia, Hingga akhirnya tak ada kabar lagi yang terdengar dari Randu terkecuali salah seorang teman sempat menyapa Ardinia lewat Facebook dan mengatakan bahwa beberapa kali seorang laki-laki dengan akun mana Randu menanyakan tentang dirinya, namun Ardinia sudah memberikan pesan kepada teman-temannya agar jangan ada yang pernah memberi informasi apapun tentang keberadaan dirinya. Tak lama setelah itu, Ardinia menghapus akun facebook, mengganti nomor telepon, berpindah kuliah, tempat kerja dan tempat tinggalnya.Ardinia kembali menata hidupnya dari awal.
3,5 tahun yang ia rasakan telah hilang. Air matanya yang yang menetes tak akan mengembalikan waktunya yang terlewati percuma, namun ia hanya mencoba merawat kembali jiwanya yang pernah terguncang. Dalam alam bawah sadarnya bekas luka tak kan hilang. Trauma yang pernah ia alami telah menjadi bagian dari hidupnya, mengubahnya dalam memandang hidup. Ardinia yang sekarang bukanlah Ardinia yang dulu lagi….
Ardinia, kau hendak kemana?
(Bersambung)