Jomblo, sebuah fenomena yang semakin umum di kalangan masyarakat, terutama di kalangan wanita dan pria di atas 35 tahun. Kehidupan lajang sendiri adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki pasangan hidup dan tidak atau belum menikah. Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak kehidupan lajang terhadap kesehatan mental, psikis, dan fisik dan utamanya; kebahagiaan.
Kehidupan Lajang: Kelebihan dan Kekurangan
Kehidupan lajang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kehidupan lajang antara lain adalah memiliki kendali penuh atas hidupnya, memiliki kesadaran diri yang lebih baik, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Namun kekurangan kehidupan lajang antara lain adalah timbulnya rasa kesepian, tidak adanya bantuan pada saat menghadapi suatu masalah.
Kesepian
Kesepian adalah salah satu masalah yang paling umum dihadapi oleh orang lajang. Mereka dapat merasa kesepian karena tidak memiliki pasangan hidup atau tidak memiliki kesempatan untuk berbagi dengan orang lain. Namun, orang lajang dapat menghadapi kesepian dengan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti bermain olahraga, berpartisipasi dalam komunitas, atau mengembangkan hobi.
Tidak Ada Bantuan
Tidak ada bantuan adalah salah satu masalah yang paling umum dihadapi oleh orang lajang. Mereka dapat merasa tidak ada bantuan karena tidak memiliki pasangan hidup atau tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain. Namun, orang lajang dapat menghadapi tidak ada bantuan dengan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan self-help, seperti berlatih yoga, meditasi, atau mengembangkan kesadaran diri.
“Jadi..Apakah hidup melajang atau tidak berkeluarga Itu Benar-Benar Happy atau Tidak?”
Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui apakah kehidupan lajang itu benar-benar happy atau tidak. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh psychologist, Bella DePaulo (2011), orang-orang lajang sebenarnya lebih happy daripada orang-orang yang sudah menikah. Studi tersebut menemukan bahwa orang-orang lajang memiliki tingkat kesadaran diri yang lebih tinggi, memiliki kemampuan belajar yang lebih baik, dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri.
Sebuah studi lainnya yang dilakukan oleh sociologist, Christine R. Yanos (2012), menemukan bahwa orang-orang lajang sebenarnya memiliki tingkat kesadaran diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang sudah menikah. Studi tersebut juga menemukan bahwa orang-orang lajang memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih baik dengan orang lain.
Konsep “Happy”
Namun, apakah kehidupan lajang itu benar-benar happy? Konsep “happy” sendiri adalah sangat kompleks dan dapat berbeda-beda dari satu individu ke individu lainnya. Sebagai contoh, seseorang dapat merasa happy karena memiliki pasangan hidup, tapi seseorang lainnya dapat merasa happy karena memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri.
Menurut sebuah artikel yang ditulis oleh psychotherapist, Lisa Firestone (2015), “happy” adalah hasil dari kemampuan individu untuk menemukan tujuan hidup dan mencapai kesadaran diri. Dalam hal ini, kehidupan lajang dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai “happy” karena memungkinkan individu untuk mengembangkan diri sendiri dan mencapai tujuan hidup. studi-studi telah menemukan bahwa orang-orang lajang sebenarnya lebih happy daripada orang-orang yang sudah menikah karena memiliki tingkat kesadaran diri yang lebih tinggi, memiliki kemampuan belajar yang lebih baik, dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri.
Referensi
DePaulo, B. (2011). Who’s happy? Psychology Today.
Yanos, C. R. (2012). The effects of single life on mental health: A review of the literature. Journal of Social and Clinical Psychology.
Firestone, L. (2015). What is happiness? PsychAlive.
Kesimpulan
Kehidupan lajang dapat menjadi sebuah kehidupan yang unik dan berbeda. Mereka dapat memiliki kemampuan belajar yang lebih baik, memiliki kesadaran diri yang lebih baik, dan memiliki kemampuan menghadapi masalah yang lebih baik. Namun, kehidupan lajang juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, psikis, dan fisik. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan solusi-solusi yang tepat untuk meningkatkan kesehatan dan kesadaran diri agar jangan sampai stress karena terlalu lama jomblo 🙂
Dampak Penggunaan Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Kita