a man watching aurora lights

Apa itu Science of Love/ Ilmu cinta?

Cinta merupakan konsep yang begitu universal dan alami. Dalam beberapa tahun terakhir, ilmu pengetahuan telah membuka pintu bagi kita untuk memahami lebih lanjut tentang cinta secara ilmiah.

Dilansir dari artikel

  • Oxytocin
Dalam buku “The Science of Love” karya Dr. Helen Fisher, oxytocin juga dikenal sebagai “cuddle hormone” yang berperan penting dalam fenomena cinta. Oxytocin dilepaskan oleh tubuh ketika kita mencium, menatap, atau keintiman dengan orang yang kita cinta. Hormon ini membuat kita merasa nyaman, percaya, memperkuat ikatan dan meningkatkan rasa percaya diri.
“Oxytocin is the hormone of love. It’s released during social bonding activities, such as hugging, kissing, and even just looking at someone we love.” (Fisher, 2010)
  • Dopamine
Dalam buku “The Anatomy of Love” karya Dr. Helen Fisher, dijelaskan bahwa dopamine yaitu hormon yang terkait dengan kepuasan dan ketagihan, juga berperan dalam fenomena cinta. Dopamine dilepaskan oleh tubuh ketika kita mengalami sensasi kepuasan dan membuat kita merasa ingin lebih lagi.
Pelepasan dopamin juga dikaitkan dengan kegembiraan dan kenikmatan jatuh cinta. Dopamine juga terlibat dalam excitement dan harapan akan kesenangan, yang dapat menciptakan rasa euforia.
“Dopamine is the hormone of desire. It’s released during sexual activity and is responsible for the intense pleasure and desire we experience when we’re in love.” (Fisher, 2013)
  • Norepinefrin
Hormon ini juga disebut sebagai “hormon gairah”. Meskipun biasanya tidak dianggap sebagai “hormon cinta” dalam pengertian klasik, akan tetapi hormon ini juga terlibat dalam pengalaman cinta romantis dan ikatan sosial. Norepinefrin dilepaskan sebagai respons terhadap stres, kegembiraan, dan hal baru, yang dapat berkontribusi pada sensasi dan kegembiraan dalam hubungan baru.
  • Vasopresin

Sering disebut sebagai “hormon monogami” atau “hormon ikatan berpasangan”. Meskipun tidak secara eksklusif terkait dengan cinta romantis, namun Vasopresin mampu meningkatkan perasaan keterikatan dan kesetiaan, yang dapat membantu memperkuat hubungan romantisme.

apakisahmu
@unsplash

Hormon-hormon inilah yang bekerja sama secara kompleks sehingga mempengaruhi emosi dan perilaku kita sehari-hari. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa cinta;

  • Dihasilkan dari lewat proses Neurologis yang mempengaruhi otak manusia ketika zat kimia tersebut dilepaskan oleh tubuh.
  • Terbentuk dari berbagai pengalaman saat ini dan peristiwa di masa lampau yang nantinya mempengaruhi bagaimana kita memandang cinta di masa depan.
  • Cinta dapat berkembang dan juga dapat musnah apabila tidak dirawat dengan bijak.

Cinta dan Hubungannya Terhadap Kesehatan Mental & Fisik

Efek dari Patah Hati

Ketika suatu hubungan berakhir, otak kita mengalami gejala penarikan diri yang serupa dengan apa yang dialami oleh seorang pecandu narkoba. Hal ini terjadi karena otak kita sudah terbiasa akan pelepasan dopamin, yakni rasa rasa gembira, senang, euforia & kenyamanan ketika kita bertemu atau menghabiskan waktu bersama orang tersebut.

Adanya perpisahan, berakhirnya 5 bahasa cinta, misalnya dapat memicu respons sistem stress, sehingga otak melepaskan kortisol dan adrenalin ke dalam aliran darah.

Penelitian juga menunjukkan bahwa area di otak yang terlibat dalam rasa sakit fisik, seperti insula dan anterior cingulate cortex, juga teraktivasi otomatis saat kita merasakan kesedihan atau kehilangan cinta. Hal ini menjelaskan mengapa patah hati terasa sangat menyakitkan dan dapat penyebab dari gejala depresi, kecemasan, dan stress.

Ilmu Saraf Patah Hati

Peneliti telah menunjukkan bahwa respons otak terhadap patah hati mirip dengan respons terhadap rasa sakit fisik. Saat kita mengalami patah hati, pusat rasa sakit di otak kita aktif dan melepaskan zat kimia pereda rasa sakit seperti endorfin. Hal ini dapat menyebabkan perasaan mati rasa atau keterpisahan dari kenyataan.

Pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) menunjukkan bahwa jaringan mode default (DMN) otak, yang bertanggung jawab untuk introspeksi dan refleksi diri, otomatis diaktifkan selama periode patah hati. Hal inilah yang menyebabkan seseorang kian tenggelam dalam emosinya, serta membutuhkan berbagai tahapan untuk akhirnya dapat move on dari perpisahan.

Trauma memori

Adalah dimana kenangan yang telah lalu tetap tersimpan dalam otak. Memori yang sering kali ‘relapse’ dapat memicu pola pikir dan perilaku ketika seseorang dihadapkan pada situasi atau tempat yang mengingatkannya pada hubungan tersebut. Proses ini melibatkan Amigdala, yaitu bagian otak yang berperan dalam pengolahan emosi, yang membuat pengalaman menyakitkan ini menjadi sulit untuk dilupakan.

Dampak Fisik

Selain dampak emosional, patah hati juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Stres emosional dapat memicu reaksi fisik seperti sakit kepala, masalah pencernaan, dan bahkan gangguan tidur. Dalam jangka panjang, stres berkepanjangan akibat patah hati bisa berkontribusi pada masalah kesehatan lainnya, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.

“Tips Terbaik untuk Melupakan Seseorang dan Menemukan Kebahagiaan”

Alernatif asupan Oxytocin dan Dopamin ketika hubungan berakhir

Tanpa pasangan, bukan berarti kita tidak bisa mendapatkan kebahagiaan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk merangsang hormon bahagia meski tanpa cinta dari pasangan:

  • Meluangkan waktu bersama keluarga, sahabat dapat membantu tubuh melepaskan hormon bahagia
  • Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, membantu orang lain, memberi feedback positif kepada orang lain secara emosional
  • Melakukan aktivitas yang menghasilkan rasa kepuasan/ passion termasuk olahraga atau hobi lainnya
  • Mengaktivasi teknik Mindfulness, berdoa, meditasi
  • Menjaga asupan nutrisi tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang produksi hormon bahagia.

10 Resep Jus Lezat yang Mendorong Produksi Hormon Bahagia

Referensi

  • Bartels, A., & Zeki, S. (2000). The neural basis of romantic love. Neuroreport, 11(17), 3829-3834.
  • choice. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences, 360(1453), 1847-1858.

‘Remember, the key is in our brain’

apakisahmu